 |
| Pintu masuk trek Cibentang, berada di kawasan PLTU Kamojang |
Trek Cibentang sebetulnya sudah
lama eksis, dan menjadi trek favorit goweser di Bandung selatan (majalaya,
ciparay). Bukan hanya goweser, motor trail juga. Untuk goweser yang tinggal di
sekitar kota bandung, trek ini terdengar asing, apalagi untuk goweser yang baru
menekuni olah raga sepeda all mountain dalam 3 tahun terakhir. Iseng-iseng buka
google, searching keyword “cibentang”, yang muncul adalah cibentang bogor. Jadi
sepertinya cibentang adalah nama trek bukan nama suatu tempat yang start-nya
dari kawah kamojang dan finish di majalaya. Saya sendiri tahu trek cibentang
berasal dari anggota kukurusukan yang berada di grup WA, dimana beberapa orang
anggota kukurukan sempet gowes bareng ATOM menjajal trek ini, dan sangat
merekomendasikan trek ini terutama buat pecinta turunan.
Awalnya secara spontan Kang Jae
mengusulkan untuk menjejal trek ini pada hari sabtu, 30 Juni 2018 dengan cara
di loading sampai kawah kamojang. Namun kurangnya peminat dikarekan banyak yang
bentrok dengan kegiatan lain akhirnya di batalkan, akhirnya saya dan kang jae
memutuskan di grup untuk mencoba menjejal trek cibentang dalam kondisi Buta
trek, tidak ada marshal, dan yang paling ekstrim adalah di kawah kamojangnya di
gowes donk haha… nekad pisan.
Gowes ke kamojang adalah kali
ke-2 buat saya, namun dulu dari jembatan monteng – PLTU kamojang di loading dan
tidak sempat untuk naik ke kawah-nya. Sebetulnya saya sudah berfikir terlalu
jauh, duh nyampe kawah jam berapa?? Belum nyari trek-nya, belum gowes dari
majalaya ke rumah?? Namun kang Jae selalu memberikan motivasi buat dijalankan
aja dulu, jangan banyak mikir yang tidak-tidak.
 |
| Salah satu spot di sepanjang trek Cibentang |
Sabtu, 30 Juni 2018
Start dari rumah jam 5:20,
meluncur gowes ke majalaya dengan tikum jalan baru tentunya via sapan. Saya dan
kang jae janjian disana. Waktu perjalanan di tempuh kurang lebih 1 jam 50
menit, dari rumah menuju majalaya. Harusnya sih bisa ditempuh dalam waktu 1,5
jam, tapi mengingat perut kosong dan kondisi udara bandung dalam 2 minggu terakhir
ini sangat dingin, akhirnya saya mampir dulu beli surabi 2 biji, gowes dambil
makan haha. Belum lagi godaan sawah di sapan yang terlihat syahdu di pagi hari,
membuat saya berhenti sejenak untuk mengabadikan lewat jepretan camera. Sampai
di tikum Alfamart jalan baru jam 7:10 ternyata kang jae sudah sampai duluan
dari 20 menit yang lalu. Namun kami tidak buru-buru langsung cabut gowes, kami
sarapan dulu kupat tahu singaparna depan alfamart sebagai sarapan pagi.
 |
| Suasana pagi hari yang syahdu di Sapan |
Tepat jam 7:30 kami start gowes
dari majalaya menuju ke kawah kamojang. Adapun jarak yang akan ditempuh kurang
lebih 18km. kami mengambil rute menuju Ibun paseh, dari tikum masuk ke jalan
Ibun trek masih relatif datar kurang lebih 6km. dari majalaya sampai warung
bandrek ibun, kami disuguhi trek datar aspal kemudian jalan menanjak tapi tanjakan
masih relatif sopan, setelahnya siap-siap dengan tanjakan sadis yang bisa
membuat dengkul berasap haha. Secara garis besar majalaya – kamojang
ini ada 3 tanjakan sadis. Tanjakan pertama adalah
tanjakan panjang ibun, tanjakan terletak tepat setelah warung bandrek Ibun. Biasanaya
warung bandrek menjadi pemberhentian pertama goweser sebelum lanjut ke monteng.
karakter tanjakannya mirip dengan tanjakan panjang seperti palintang dan
tanjakan putus asa warban.
Tanjakannya
lurus, setelah sampai ujung tanjakan kemudian belok dan masih nanjak lagi.
 |
| Tanjakan Patrol |
 |
| Kang Jae berhasil melewati tanjakan Patrol |
Tanjakan kedua adalah tanjakan patrol. tanjakanya meliuk, beberapa goweser
menyarankan untuk mengambil jalur sebelah kanan, untuk mengurangi efek dari
tanjakan ini, namun saya tidak merekomendasikan mengingat curamnya tanjakan ini
takut jika ada kendaraan yang melintas berlawanan di sebelah kanan. Kiri tetap
paling aman. Bisa dibilang tanjakan patrol ini merupakan tanjakan pemanasan
sebelum bertemu dengan tanjakan monteng yang legendaris dikalangan para
goweser. Setelah melewati tanjakan kedua, kiri – kanan mulai terlihat deretan
bukit dan ladang, bahkan juga terlihat jembatan kuning yang menjadi ikon di
kamojang ini dari kejauhan. Artinya jaraknya menuju jembatan kuning sudah tidak
terlalu jauh, namun harus bersiap dengan tanjakan terakhir.
 |
| Dari warung tempat istirahat terlihat penampakan Jembatan Monteng |
Tanjakan ke-3 adalah
tanjakan monteng yang legendaris sekaligus tanjakan yang paling biadab. Posisi
tanjakan, tepat sebelum jembatan kuning. Hamper sama dengan tanjakan patrol
yang meliuk, namun tanjakan monteng ini lebih panjang dan lebih curam. Tahun
lalu pertama kami ke monteng bisa dibilang gagal karena harus turun dari sepeda
di pertengahan tanjakan, namun sekarang Alhamdulillah sudah bisa melewatinya
tanpa turun dari sepeda. Sampai di dekat jembatan kuning kami memutuskan
istirahat, sekedar untuk buang air di toilet masjid terdekat dan juga meneguk
segelas the manis hangat. Dari majalaya sampai ke jembatan kuning menghabiskan
waktu sekitar 1,5 jam, kami sampai di jembatan kuning jam 9.
 |
| Jembatan Monteng yang Ikonik |
Sekitar 15 menit istirahat di
warung dekat jembatan kuning, perjalanan dilanjutkan kembali. Setelah melewati
jembatan kuning terlihat tanjakan landai. Disini ilusi optik terjadi, tanjakan
yang sepertinya sepertinya landai justru berbanding terbalik dengan kondisi
kami ketika mengayuh pedal.
 |
| Jalanan terlihat landai, namun marka jalan berwarna kuning berkata sebaliknya |
|
Pedal terasa sangart berat, gear pun berada paling
rendah atau ringan. Tetapi kayuhan tetap masih tetap berat. Kendaraan yang
melaju pun terlihat ngeden, artinya memang kondisi tanjakannya curam, hanya
saja ilusi optic yang membuat tanjakan disini terlihat landai.
 |
| 2,5 Km yang melelahkan |
Jarak dari
jembatan kuning ke PLTU Kamojang hanya sekitar 2,5 namun kami menghabiskan
waktu perjalanan lebih dari 1,5 jam. Mungkin efek kelelahan dari mengayuh pedal
di tanjakan monteng sebelumnya. Sampai di PLTU jam 11 Siang, kami memutuskan
untuk mengisi perut dulu, warung bebek bakar kamojang jadi pilihan kami. Bebek
bakar + sambel + lalapan ditambah petey (pete) goreng menjadi menu makan siang
kami. Sekalian untuk menunaikan ibadah sholat dzuhur.
 |
| Bahan bakar kita, menu bebek bakar |
 |
| Sambal dan lalabnya Pecahh...!!!!! |
Menu bebek bakar menjadi bahan
bakar kami untuk terus mengayuh pedal, menuju ke kawah kamojang.
 |
| Perjalanan menuju kawah |
Dari PLTU ke
kawah kamojang di tempuh dengan jarak 1,5km atau kurang lebih setengah jam
gowes, dengan kondisi nanjak menyusuri pipa gas.
 |
| Garut atau Bandung, sudah perbatasan ini |
 |
| Komandan Jae terlihat KEREN...!!!! |
Kami habiskan waktu sejenak untuk berfoto, makan roti bakar yang
dibawa kang jae, dan yang pasti menikmati keindahan di sekitar kawah. Ketika
istirahat, terdengar suara gerungan motor trail, mungkin ada sekitar 30 lebih
motor masuk ke suatu trek. Kami ambil kesimpulan bahwa jalur tersebutlah yang
merupakan jalur trek cibentang, sesuai dengan petunjuk dari penjaga pintu
masuk.
Selesai istirahat, setelah tidak
terdengar raungan motor trail, kami lanjutkan perjalanan memasuki single trek
yang berupa hutan. Kurang lebih 5 menit kami mengayuh pedal, ternyata kami
tembus ke jalanan aspal yang merupakan jalanan dari kawasan PLTU kamojang. Agak
ragu sih, tapi kami lihat jejak ban motor trail lewat ke sini. Dari jalanan
aspal kawasan PLTU, sepedah kami kayuh terus dengan kondisi jalan menanjak,
menyusuri pipa gas PLTU yang terletak di sebelah kanan kami.
 |
| Penampakan PLTU Kamojang, Ujung jalan aspal sekaligus pintu masuk trek Cibentang |
Sampai akhirnya
kami sampai di ujung kawasan PLTU, terdapat tanda kawasan berbahaya, jadi
sepertinya kawasan ini bukanlah kawasan umum. Namun tidak ada petugas yang
berjaga di kawasan ini maupun di sepanjang jalan pipa gas yang kami lalui tadi.
Di ujung jalan PLTU terdapat jalan setapak (single trek), akhirnya kami
memutuskan untuk melewatinya, sepetinya ini yang dimaksud dengan trek
cibentang.
 |
| You must try this track...!!! Ajibbb... trek pasir vulkaniknya mantab, dikelilingi vegetasi rimbun dan turunan yang meliuk-liuk |
 |
| Melewati sedikit jalur air |
 |
| Ada turunan terjalnya juga... Ngeper, turun TTB aja |
 |
| Sumpah disini view nya Juara!!!! |
Sepanjang trek ini jalan terus menurun, dengan kondisi jalan
dipenuhi dengan pasir vulkanik sehingga apabila hujan dapat dipastikan ban
tidak akan menjadi donat. Kurang lebih setengah jam kami menikmati trek ini,
kondisi trek yang belum pernah saya sebelumnya. Sampai akhirnya kami sampai di
suatu padang luas, dimana tidak terdapat pepohonan hanya rumput ilalang yang
terlihat. Dari sini, majalaya dapat terlihat. Bertemu dengan salah seorang
warga, sedikit berbincang mengenai jalan keluar dari trek ini. Tidak banyak
persimpangan, kita hanya harus mengikuti trek ini. Lelah kami terbayar,
lelah-lelah menapaki tanjakan-tanjakan curam selama perjalanan terbayar dengan
kenikmatan menjajal trek pasir vulkanik ini serta pemandangan yang menakjubkan.
 |
| Meet up dengan penduduk lokal |
 |
| Love this track |
 |
| Masih On the track!!!! |
Selepas trek pasir vulkanik,
masuk ke jalan makadam. Di ujung jalan terdapat pertigaan, kami memutuskan
belok kanan mengikuti jejak ban motor. Namun ternyata rute yang kami pilih ini
jalannya semakin makadam.
 |
| Salah jalan, malah dominan makadam dengan kondisi batu-batu lepas |
Sepertinya kami keliru mengambil rute, tidak seperti
yang diceritakan oleh kang ule kukurusukan. Di ujung jalan makam ini, kami
cukup kaget ternyata rute yang kami lalui tembus ke Dano Leles. Rute makadam
yang pernah kami lalui ketika gowes ke curug ciharus. Dari persimpangan Dano,
kami masih harus melewati jalan berbatu parah, dulu kami harus TTB melewatinya
karena kondisinya menanjak, sekarang kebalikannya menurun. Alhamdulillah gak
banyak TTB, namun kehati-hatian tetap menjadi prioritas bagi kami. Setelah
setengah jam melewati jalan makadam dari Dano, tiba kami di jalan aspal mulus.
 |
| Puncak Dano perbatasan Leles dan Kabupaten Bandung |
Dari sini kami meluncur menuju majalaya dan sampai di majalaya jam 3 sore.
Waktunya Sholat Ashar, kami memutuskan untuk berhenti, beristirahat dan
menunaikan ibadah terlebih dulu. Sekitar jam 4, perjalanan kami lanjutkan untuk
pulang. 2 jam perjalanan menyusuri sapan – gedebage – ujung berung. Kami
berpisah di ujung berung, kang jae melajutkan perjalanan ke rumahnya di green
valley ujung berung, sedangkan saya melanjutkan pulang ke arah cicaheum. Sampai
rumah jam 6, Alhamdulillah perjalanan lancar dan selamat.
Pelajaran yang diambil, yakin dengan tujuan, selalu berfikir positif dan jangan takut untuk mencoba...
Setidaknya jadi pengalaman untuk gowes selanjutnya :)
Ngeri Gowees nya
BalasHapus