http://bandungpedal.blogspot.co.id/

http://bandungpedal.blogspot.co.id/

Kamis, 12 April 2018

Gowes ke Cikahuripan (Miniatur Green Canyon di Kabupaten Bandung, Serta Romantisme mengenang Historis jejak Bandung Purba)


CIKAHURIPAN

Belakangan ini beberapa akun travel di Instagram sering me-repost salah satu tempat yang terletak di daerah kabupaten Bandung Barat. Namanya adalah Telaga Cikahuripan. Biasanya sang model berdiri di atas rakit kemudian di foto dengan background sedimen batuan yang menyerupai Green Canyon di pangandaran dan air yang berwarna biru atau toska. Saya mencoba untuk searching dan mencari tahu tentang tempat ini. Belum banyak blog yang mengulas tempat ini, terutama blog yang berhubungan dengan kegiatan bersepeda. Artinya tempat ini masih cukup asing diantara para goweser di Bandung. Saya buka googlemap, dan tempat ini sudah tercantum di google map. Ada 2 jalur untuk menuju tempat ini, yaitu melalui rute Kota baru dengan jarak sekitar 43 Km dari gasibu dan via Rajamandala dengan jarak 53 km, lebih jauh dari rute kotabaru. Setelah research maka saya memutuskan untuk mencoba gowes ke tempat ini.

Start gowes dari rumah jam 7 Pagi, sampai kota baru jam 8:15. Istirahat sebentar di Indomaret Kotabaru depan RS Kawaluyaan untuk cek map dan isi logistic. Penting sekali untuk isi logistic ketika kita akan berpetualang ke daerah yang belum pernah dilalui, takut-takut disana jarang ada warung atau lokasinya masuk ladang atau hutan. Dari indomaret saya start gowes lagi jam 8:30 dengan jarak kurang lebih 19km dari kota baru, maka saya memprediksikan sampai lokasi cikahuripan paling telat jam 11 siang. Dari RS Kawaluyaan terus lurus melewati jembatan kuning kotabaru, sampai nemu persimpangan jalan buntu kotabaru. Disebut buntu karena akses jalan di ujung kotabaru sedang di cor, dari persimpangan tersebut hanya mengikuti jalan utama sampai keluar daerah kotabaru. Jalan yang disusuri mengelilingi bagian belakang wilayah kotabaru dan waduk saguling. Keluar dari kota baru jalan mulus aspal dengan kondisi sedikit menanjak, tapi masih sopan. Sepanjang jalan saya sempat berhenti beberapa kali untuk mengabadikan view yang cukup bagus. Sepanjang perjalanan cuaca mendung tapi tidak hujan. Beberapa kilo dari kotabaru, mulai masuk jalanan makadam. Kondisi trek pun bervariasi naik turun.  Sempat beberapa kali saya turun dari sepeda dan didorong di turunan macadam. Buat saya yang gowes solo safety nomor satu, karena kalo terjadi sesuatu di jalan mau tidak mau harus diatasi sendiri. Daripada celaka lebih baik turun dari sepeda dan didorong, toh tidak ada orang yang liat haha…
Hamparan sawah ketika keluar dari Wilayah Kotabaru Parahyangan


Sepanjang jalan bisa dibilang sepi, dan saya pun tidak menemukan goweser satu orang pun. Artinya sepanjang jalan menuju cikahuripan jarang dilalui oleh goweser, padahal kondisi treknya enak buat gowes santai, jarang kendaraan dan view nya juga bagus. Beberapa kilo dari kotabaru sinyal GPS sudah tidak bisa membaca peta (lost Signal), yang bisa diandalkan adalah nanya sama penduduk sekitar. Tips ketika Tanya ke penduduk di sepanjang jalan ini adalah punten pak/bu jalan ke arah rajamandala sebelah mana? Karena kalo Tanya jalan ke arah cikahuripan, mayoritas mereka kurang tau, mungkin karena cikahuripan nama tempat muara sungai bukan nama wilayah. Hal absurb yang sering ditemui ketika kita bertanya sama orang, 

Kami                  : Pak/bu punten daerah “anu” masih tebih?
Penduduk           : Oh henteu kang, tos caket sakedap deui 

Padahal setelah di gowes teu nepi-nepi haha… mungkin menurut beliau dekat itu kalo pake motor L kalo pake sepeda mah nya lumayan :D lumayan menguras emosi da jauh keneh J hal ini pun saya alami ketika nanya jalan ke arah rajamandala

Saya                   : kang punten jalan arah ka rajamandala masih tebih?
Bapak-bapak      : lumayan kang ngan palih dinya nanjak teras, sakedik da… kadituna mah mudun

Okay, mungkin ada satu atau dua tanjakan. Tanjakan pertama… wow lumayan lah haha, lumayan membuat dengkul nyut-nyutan.  Terus kemudian mudun pisan. disetiap pudunan pasti menanti sebuah tanjakan haha… Benar tanjakan kedua saya pikir karakternya dan tingkat kecuramannya mirip dengan tanjakan panjang palintang, dari sini tenaga terkuras banyak. Setelah tanjakan curam kedua saya pikir kesananya sudah mulai landau tapi ternyata oh ternyata… mungkin ini yang disebut si bapak tadi “nanjak teras kang” haha … memang nanjak teras kombinasi dengan pudunan. Jadi kalo direview trek kesini jalannya naik turun. Dan kalo dihitung ada 6 tanjakan yang tingkat kesulitannya sebanding dengan tanjakan panjang palintang.
Beberapa trek makadam (kurang lebih 20%)

Penampakan Tanjakan setara tanjakan panjang palintang

Saya keluar dari ujung jalan ini kurang lebih jam 11:30, sudah lewat dari target. Di persimpangan jalan ini (mentok) kearah kanan ke rajamandala sedangkan ke arah kiri ke cililin. Dan cikahuripan ke arah cililin. Keluar dari jalan tersebut google sudah bisa baca peta, artinya sinyal ketangkep. Dari persimpangan tersebut jalan turun terus dan hujan pun seketika ngagebret. Saya istirahat di warung, yang ternyata warung tersebut merupakan pintu masuk buat ke cikahuripan. Artinya kita daftar masuk atau beli karcis di situ. Masalah harga, seridonya karena belum dikelola secara professional. Jadi pengelolaan hanya sebatas dari inisiatif pemuda karang taruna setempat. Sampai warung saya pesan teh manis untuk sekedar menghangatkan badan dan menunggu hujan reda. Untuk yang pertama kali ke cikahuripan sebaiknya minta bantuan guide lokal, walaupun jaraknya 1 km ke lokasi takutnya nyasar seperti yang dialami saya, sok tau gak mau di guide-in. sebenarnya bukan gak mau, tapi uangnya pas-pasan haha… sepanjang jalan gak nemu ATM, seharusnya ngambil uang di ATM kotabaru, atm bank apapun karena keluar dari kotabaru jangan harap nemu ATM. Indomaret dan alfamart pun disana gak ada fasilitas ATM nya. 

Jam 12 saya masuk trek cikahuripan, di dorong tentunya karena kondisi tanah licin karena hujan dan jalanan turun. Penjaga nya sebetulnya sudah bilang ke saya dan memperingati saya agar sepeda jangan dibawa ke lokasi karena susah treknya harus nyebrang sungai. Walaupun sungai nya kecil, tapi pasti susah alias ripuh kalo bawa sepeda. Dalam hati, Jauh-jauh ke cikahuripan kalo difoto gak pake sepeda kayaknya kurang afdol, saya maksain bawa sepeda ke lokasi. Nyebur ke lokasi tanpa guide dan bawa sepeda dengan kondisi jalan licin dan hujan rintik, hanya bisa bilang Bismillah… Insya Allah selamat. Masuk lokasi beberapa ratus meter dari pintu masuk warung, saya sudah salah jalan alias tersesat. Jadinya mipir sawah setapak dengan kondisi sepeda di gotong. Ripuh sungguh ripuh. Sampai ketemu aliran sungai, disitu saya istirahat, foto-foto sambil liat sekeliling.
Nyasar jalan, malah lewat semak-semak

Kang… woy… seseorang memanggil di kejauhan, ternyata si akang tadi penjaga pintu masuk. Dia menghampiri saya. “kang udah nyampe lokasi?” Tanya dia. Saya jawab “belum kang”. Oh saya pikir udah nyampe lokasi kata si akang penjaga. Tadi lewat mana? Kata si guide lokal, oh.. tadi lewat sana kang (sambil saya tunjukin jalurnya). “waduh salah jalan kang, haha.. pasti ripuh nya” Tanya si guide lokal, “Iya kang” jawab saya. “Hayu kang ikut saya… (tawar si guide lokal). Akhirnya saya di bantu dia dianterin ke lokasi muara cikahuripan. Diperjalanan makprak jalan saya ngobrol dengan beliau, diceritakanlah tempat ini. Jadi tempat ini dulunya adalah anak sungai citarum yang alirannya sangat deras, semenjak dibuat bendungan saguling, maka arus sungai jadi jadi kecil, bisa dilewati, disebrangi dan dipakai berenang.  Sepanjang jalan terlihat batu-batuan basalt bekas aliran lava yang mengeras, karena kalau kita lihat historis bandung tempo dulu bahwa cekungan bandung terbentuk dari letusan gunung sunda pada zaman purba. Letusan tersebut menutup aliran sungai citarum di daerah sanghyang tikoro yang menyebabkan cekungan bandung menjadi danau. Lama-kelamaan sumbatan tersebut kembali lancar, dan menyebabkan danau bandung surut.  Jadi tempat yang saya susuri ini bagian dari aliran lava dari gunung sunda tempo doelo, karena cikahuripan dan sanghyang heuleut dan sanghyang tikoro merupakan satu aliran sungai. Sepanjang jalan menyusuri aliran sungai, disebelah kiri terdapat deretan tebing batu-batu kars yang menjulang indah dan membentuk tekstur. Satu hal yang menarik, bahwa tempat ini baru-baru ini dipergunakan untuk syuting film Wirosableng 212 yang diperankan Vino G. Bastian. 

Sebetulnya waktu yang ditempuh untuk mencapai lokasi ini dari pintu masuk adalah 15 menit, tapi berhubung saya tersesat tadi maka 1 jam waktu yang saya tempuh buat sampai lokasi di muara cikahuripan. Dari kejauahan terlihat miniature green canyon seperti di cukang taneuh pangandaran. Terlihat rakit yang menjadi ikon instagram tempat ini. Akhirnya sepeda saya parkirkan di atas lokasi, karena kondisi turun kebawah tidak memungkinkan saya untuk menggunakan sepeda. Aliran sungai yang cukup deras, disini aliran sungai bersatu dengan aliran dari tempat lain. Beberapa spot juga dalam, kondisi rintik-rintik hujan dan licin. Akhirnya saya harus mengabadikan momen duduk di atas rakit tanpa sepeda kesayangan. Kalo mau naik rakit di sini banyarnya seridonya ya buat akang penjaga rakitnya. Disana kami bertemu dengan penduduk lokal, ngobrol sambil foto-foto. Yang gak bawa makanan, jangan khawatir karena ada warung abah di dekat lokasi muara cikahuripan. Bisa makan gorengan, mie dan ngopi. 
Sepeda parkir di atas... momen nyebrang sungai

Foto tanpa sepeda hiks.. hiks... hiks...

Batuannya mengingatkan pada green canyon - pangandaran
Mata Air Cikahuripan (Yang ini Bikang)

Di cikahuripan terdapat sumber mata air yang bisa langsung di minum. Penduduk setempat sering mempergunakan air ini untuk kebutuhan sehari-hari termasuk untuk minum. Ada 2 mata air (Sejodoh). Yang satu disebut mata air jalu (laki-laki) dan satunya lagi bikang (Perempuan). Untuk mata air jalu rasanya relative lebih manis. Setelah puas fot-foto, ngobrol, saya memutuskan pulang.
Buat temen-temen goweser yang mau kesini dan untuk pertama kalinya kesini, jangan sungkan untuk minta bantuan guide lokal jangan sampai tersesat muter-muter kayak saya. Mereka baik dan welcome. Masalah tips itu mah keridhoan kita aja. Satu hal yang penting, selain bawa perlengkapan jangan lupa bawa uang yang cukup karena dicikahuripan gak ada ATM. Atm terdekat jaraknya 5km dengan kondisi jalan nanjak terus arah cicilin. Belum lagi biaya admin, selain biaya admin beda bank 6,5K ada admin tarik tunai sebesar 10K setiap transaksi. Karena system ambil uang dengan cara digesek di mesin EDC BRI. 


Para Guide Lokal

Kurang lebih jam 2 saya start pulang dari cikahuripan. Sebetulnya temen-temen guide lokal menyarankan lebih baik pulang lewat jalan tadi pergi soalnya lebih dekat. Sebetulnya ada 3 jalur dari sana. Jalur pertama lewat jalan berangkat yaitu via kotabaru. Yang kedua lewat raja mandala – cipatat – padalarang. Dan yang ketiga lewat cililin. Ini yang paling jauh dan liat trek yang muter gunung rasanya rute ini gak saya pilih untuk pulang. Lewat jalan pergi, rada ngeper dengan kondisi bekas hujan karena sebagian jalan makadam. Tapi bukan itu sih, trek naik-turun nya duh.. saya jadi ngeper. Akhirnya saya putuskan lewat jalan rajamandala. Katanya tanjakannya sedikit cuman disini aja, kesananya turun. Paling nanti naik lagi di cipatat. Lewat jalan rajamandala, saya melewati lokasi sanghyang heulet, ternyata lokasinya dibawah cikahuripan. Kalo saya boleh jujur trek terbaik adalah lewat tadi jalan pergi, tembus via kotabaru. Karena lewat rajamandala gak ada yang namanya tanjakan sakedik, yang ada tanjakan panjang. Belum lagi jaraknya yang 10KM lebih jauh ditambah daerah cipatat terus nanjak dan bnayk mobil-mobil besar lalu lalang membuat kita harus ekstra hati-hati. Akhirnya setelah menempuh waktu 5,5 jam saya sampai rumah, kira2 jam 7:30 malam. Ini bukan pertama kaminya saya gowes sendiri, yang jelas gowes sendiri selalu mendapatkan pelajaran dan pengalaman yang tidak terlupakan. Jangan takut untuk sendirian, karena buat saya gowes sendiri justru akan mendapatkan banyak teman dan kenalan baru. Kita dipaksa untuk mandiri dan bersosialisasi.
Arah pulang via Rajamandala


View Perbukitan di belakang Kotabaru
Curug di Cikahuripan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ngaprak Kamojang, Menjejal trek cibentang

Pintu masuk trek Cibentang, berada di kawasan PLTU Kamojang Trek Cibentang sebetulnya sudah lama eksis, dan menjadi trek favorit g...